Alkisah ada
seorang Raja, ia pergi berburu bersama pembantunya. Tanpa diduga, ia mengalami
kecelakaan dan satu jarinya putus. Raja pun merasa sedih dan kesal. Akan tetapi pembantunya meminta sang Raja
bersyukur atas kejadian yang menimpanya. Si pembantu berusaha meyakinkan Raja
bahwa segala sesuatu yang menimpa kita pasti ada hikmahnya. Mendengar itu, Raja
marah dan memerintahkan pengikutnya agar memenjarakan si pembantu. Di lain
waktu, sang Raja pergi berburu lagi, kali ini ia pergi sendirian. Di tengah jalan, ia disergap oleh
segerombolan orang. Mereka menangkap sang Raja dan bermaksud mengorbankannya
untuk para dewa. Namun, mereka mengurungkan niat tersebut dan melepas sang Raja
karena melihat tangannya yang dalam kondisi cacat. Sedangkan mereka berpendapat
bahwa persembahan bagi para dewa haruslah manusia yang sempurna tubuhnya.
Sepulangnya dari kejadian itu, Raja pun teringat perkataan pembantunya. Dan ia
memerintahkan si pembantu dilepaskan dari penjara. Ketika bertemu, raja
menyampaikan ucapan terima kasih. Ia berkata, "Masih ada ganjalan di
hatiku sehubungan dengan ucapanmu. "Benar ada hikmah dalam kecelakaan yang
menyebabkan salah satu jariku terputus. Akan tetapi, apa hikmahnya engkau
dipenjarakan?" Si pembantu menjawab, "Kalau Baginda tidak
memenjarakan hamba, niscaya hamba-lah yang akan dijadikan korban bagi para
dewa. Sikap menerima segala sesuatu sebagai kebaikan yang penuh hikmah inilah
yang kita sebut sebagai ridha.
No comments:
Post a Comment