Sadar bahwa aku
akan segera mati adalah perangkat paling penting yang pernah kutemukan dalam
menentukan pilihan penting di hidupku. ". Karena hampir segala
hal—ekspektasi dari luar, harga diri, takut malu atau gagal—semua ini
berguguran di hadapan maut. Mengingat
mati adalah cara terbaik yang kutahu untuk menghindari jebakan akan adanya
kerugian, Kita toh tak punya apa-apa.
Austin Kleon
mengutip ucapan Steve Jobs dalam bukunya #ShowYourWork. Bukan tanpa maksud, ia menyadari: Suatu hari nanti kita pasti mati. Kebanyakan dari kita lebih suka mengabaikan
fakta yang paling jelas dalam hidup ini. Berpura-pura seakan kematian masih
jauh. Padahal, merenungkan akhir yang
pasti tiba dapat menjernihkan sudut pandang kita akan segala hal. Kita semua pernah membaca kisah pengalaman
lolos dari maut yang akhirnya mengubah hidup seseorang. Misalnya, George Lucas, sutradara Star Wars
yang pernah hampir tewas dalam kecelakaan mobil. Ketika maut rasanya sudah di depan mata ia
memutuskan bahwa "setiap hari adalah bonus". Ia pun kemudian berdedikasi pada film. Bagi
mereka yang sudah mendapat pengalaman mendekati maut, hari-hari setelah
kejadian itu konon dunia terasa lebih indah. Sayangnya, meskipun ingin
merasakan euforia setelahnya, tidak semua orang punya nyali cukup besar untuk
mendekati maut. Tapi masih ada cara
lain, kita bisa membaca obituarium. :) Obituarium sebenarnya bukan tentang
kematian, tapi tentang kehidupan. Membaca tentang orang-orang yang sudah tiada
dan telah berbuat banyak dalam hidupnya, membuat kita ingin bangkit dan
memperbaiki hidup. Bagi Austin Kleon,
memikirkan maut setiap pagi sebelum beraktivitas justru membuatnya bersemangat
hidup. Bisakah kita melakukannya?
No comments:
Post a Comment