Wednesday, October 22, 2014

Suatu Sore Bersama Paulo Coelho



Rasanya tak percaya sore itu bisa bertatap muka langsung dengan penulis The Alchemist, salah satu buku fenomenal yang telah menyentuh hati begitu banyak pembaca, termasuk saya. Berkat workshop Pemasaran Internasional yang diadakan Goethe dan didukung oleh Noura Books, saya bisa menghadiri Frankfurt Book Fair 2014. Kabarnya penampilan Paulo Coelho di sini sangatlah spesial karena merupakan penampilan publik penulis asal Brazil ini satu-satunya di tahun 2014.

Paulo Coelho yang senantiasa tampak bijak dalam buku-buku yang ditulisnya ternyata berpenampilan asli cukup nyentrik. Kepalanya yang plontos menyisakan sejumput rambut putih berkucir kuda di bagian belakang. Saat diskusi dia memilih untuk berdiri ketimbang duduk, dan di akhir acara, saat bertemu dengan penggemarnya dari berbagai bangsa, dia selalu menyempatkan menyapa dan mengungkapkan pemahamannya tentang negara asal penggemarnya tersebut.

Kebesaran namanya dapat dilihat dari 30 buku yang dihasilkannya (dalam periode 40 tahun), The Alchemist yang telah diterjemahkan ke dalam 80 bahasa (diterbitkan di 150 negara), total penjualan bukunya yang mencapai lebih dari 165 juta eksemplar di dunia, dan pengikut Facebook serta Twitter-nya yang berturut-turut hampir mencapai 25 juta serta 10 juta.

Agenda perbincangan sore itu bersama Juergen Boos, presiden FBF, terkesan santai, ringan, dan membahas hal-hal umum seputaran dunia buku. Paulo mendahului Juergen bertanya, tentang perubahan terbesar apa sajakah yang Juergen lihat selama berpuluh tahun terakhir ini? Menurut Juergen, tidak ada. Menurutnya, selalu saja banyak yang takut pada masa depan namun ternyata semua akan tetap sama. Buku adalah tentang cerita dan penceritaan (story-telling), dan penulis lah yang berperan besar melakukannya.


Juergen balik bertanya, seperti apa menurut Paulo Coelho keadaan dunia perbukuan 20 tahun ke depan? Paulo menjawab, orang akan selalu membaca buku karena dua hal yakni hiburan dan pengetahuan. Dia berharap 20 tahun ke depan harga buku akan murah sehingga tak ada lagi pembajakan—meskipun tampaknya dia tak pernah keberatan jika bukunya dibajak karena dia lebih mementingkan ide dalam bukunya sampai ke setiap orang.  Dia juga sependapat bahwa story-telling adalah cara mewariskan informasi. Dari buku ke buku, menurut Paulo, cerita selalu sama, yakni hanya ada 4 macam: cinta (dua orang), perselingkuhan (cinta segitiga), perebutan kekuasaan, dan perjalanan. Kita berulang-ulang mengisahkan keempatnya. Lalu kita beradaptasi dalam cara menceritakannya. 

Paulo di mata saya memang berpengetahuan luas dan bijak, dia berbicara tentang banyak hal acak, namun dia mengutip sumber-sumber budaya yang universal. Saat bicara tentang “Siapa sebenarnya diri kita ini?” Paulo mengisahkan penggalan Mahabharata, yakni saat Arjuna bertanya pada Khrisna karena takjub dengan mukjizat-mukjizatnya, “Siapa sesungguhnya dirimu?” dan Khrisna pun menjawab, “Aku adalah diriku saat ini.” Demikian pula Paulo mengatakan bahwa dirinya adalah sebagian dari salah satu tokoh yang ada dalam bukunya, karena dia selalu menuangkan dirinya 100% dalam setiap karyanya. 

Perkembangan dunia digital dalam perbukuan juga tak lupa disinggung dalam diskusi tersebut, dia menyayangkan betapa banyak orang yang enggan beradaptasi dengan cepat, lalu betapa dia dan Juergen sependapat bahwa teknologi memang berkembang dan orang akan menggunakannya, namun kita akan selalu butuh untuk bertemu satu sama lain. 

Kemudian, sedikit tentang kesuksesannya, Paulo berkata, tak ada alat pemasaran yang lebih ampuh daripada word of mouth. Sehingga dalam kasus tertentu ,dia menyebutkan terkadang pembajakan karyanya (secara digital) justru malah menjadi word of mouth yang berdampak pada pembelian buku aslinya. Karena jika pembaca menyukai bajakanya, dia akan membeli buku asli. Mungkin, Paulo hanya berbaik hati dan menganggap “rezeki tak akan ke mana”, pikir saya.

Sore itu berlangsung hampir satu jam lamanya, namun demikian banyak pelajaran yang saya dapatkan. Paulo Coelho merupakan contoh nyata seorang penulis yang besar dan langgeng karena selain produktif, dia juga terus beradaptasi sesuai zamannya, senantiasa membuka diri pada beragam budaya di dunia, serta terus berupaya memelihara kedekatan dengan pembaca-pembacanya. Aktivitasnya di media sosial yang sangat interaktif, website www.paulocoelho.com yang memiliki 17 pilihan bahasa, juga upayanya untuk selalu menampilkan 3 artikel baru di blognya setiap minggu, menurut saya, tak lain adalah wujud kepeduliannya pada pembaca—yang tentunya berbuah manis pada pemasaran buku-bukunya. Kabar terbaru darinya adalah peluncuran aplikasi gratis yang berisi kutipan harian darinya. Sebuah kesuksesan global yang diiringi kerja keras, bukti nyata yang patut menjadi contoh dan motivasi para penulis Indonesia.

Ditulis oleh: Suhindrati Shint


No comments:

Post a Comment