Anak itu kalau dianalogikan seperti sketsa lukisan. Samar
terlihat, tapi belum jelas dan masih berupa guratan dari Sang Maestro. Seiring
bertambah usia, guratan-guratan itu
semakin jelas. Sayangnya yang sering terjadi ada intervensi dari orangtua,
guru, sekolah. Mereka menambahkan warna-warna yang mereka inginkan, sehingga
sketsa yang sesungguhnya menjadi kabur dan
tak tampak lagi aslinya. Tanpa mempelajari dan mendalami guratan sketsa dari sang Maestro
tadi, orangtua, guru, dan sekolah asal
saja memberi warna lain. Orangtua sering meremehkan kesukaan anak dalam bermain
sesuatu. Padahal yang perlu orangtua lakukan hanyalah memperhatikan
terus-menerus tanpa menghakimi anak-anak.
Pernah ada salah seorang bintang tamu di Oprah Winfrey Show yang
berbakat menciptakan kreasi berbagai bentuk dari gelembung sabun. Ia bahkan
mampu “mengurung” ratusan orang dlm gelembung tersebut . Ketika Oprah bertanya
mengapa ia bisa sekreatif itu, apa jawabnya? “Passion...,” katanya. Ia menggemari
permainan meniup balon air sabun sejak kecil dan mengeksplorasinya dengan
perasaan cinta. Lihatlah potensi yang ditunjukkan anak dari kecil, jangan
intervensi dengan gengsi orangtua. Kalau ia menunjukkan ketertarikan pada
sesuatu, maka kenalkanlah profesi yang berkaitan dengan kesukaannya itu. Di
luar negeri, apabila seorang anak berusia 6 tahun sudah sangat menyukai balet,
orangtuanya akan mengirimnya ke sekolah balet. Pendidikan formalnya diganti dgn
homeschooling. Itulah sebabnya mengapa di luar negeri banyak sekali maestro di
berbagai bidang. Orangtua-lah yang harus jeli memperhatikan, akan jadi maestro
dalam bidang apakah anak anak kita nanti?
No comments:
Post a Comment