Thursday, February 5, 2015

Anak Maestro Tuhan


Anak itu kalau dianalogikan seperti sketsa lukisan. Samar terlihat, tapi belum jelas dan masih berupa guratan dari Sang Maestro. Seiring bertambah usia, guratan-guratan  itu semakin jelas. Sayangnya yang sering terjadi ada intervensi dari orangtua, guru, sekolah. Mereka menambahkan warna-warna yang mereka inginkan, sehingga sketsa yang sesungguhnya menjadi kabur dan  tak tampak lagi aslinya. Tanpa mempelajari dan  mendalami guratan sketsa dari sang Maestro tadi, orangtua, guru, dan  sekolah asal saja memberi warna lain. Orangtua sering meremehkan kesukaan anak dalam bermain sesuatu. Padahal yang perlu orangtua lakukan hanyalah memperhatikan terus-menerus tanpa menghakimi anak-anak.  Pernah ada salah seorang bintang tamu di Oprah Winfrey Show yang berbakat menciptakan kreasi berbagai bentuk dari gelembung sabun. Ia bahkan mampu “mengurung” ratusan orang dlm gelembung tersebut . Ketika Oprah bertanya mengapa ia bisa sekreatif itu, apa jawabnya? “Passion...,” katanya. Ia menggemari permainan meniup balon air sabun sejak kecil dan mengeksplorasinya dengan perasaan cinta. Lihatlah potensi yang ditunjukkan anak dari kecil, jangan intervensi dengan gengsi orangtua. Kalau ia menunjukkan ketertarikan pada sesuatu, maka kenalkanlah profesi yang berkaitan dengan kesukaannya itu. Di luar negeri, apabila seorang anak berusia 6 tahun sudah sangat menyukai balet, orangtuanya akan mengirimnya ke sekolah balet. Pendidikan formalnya diganti dgn homeschooling. Itulah sebabnya mengapa di luar negeri banyak sekali maestro di berbagai bidang. Orangtua-lah yang harus jeli memperhatikan, akan jadi maestro dalam bidang apakah anak anak kita nanti?

No comments:

Post a Comment